Rabu, 12 Juni 2013
Warna Mata Orang Indonesia Tak Tahan Cahaya
Minggu, 18 November 2012
Belatung, Hewan yang Menjijikkan Tapi Obat Bagi Para Diabetes
Senin, 20 Agustus 2012
3 Benda Penyebab Wajah Berjerawat
Kulit Anda akan sangat berterima kasih jika Anda melakukan langkah-langkah yang disarankan di atas.
Rabu, 11 Juli 2012
Pemicu Rambut Beruban
Ahli medis Mark Rosenberg, M.D. menilai, pemutihan pada rambut bukan disebabkan oleh penuaan, melainkan akibat kekurangan nutrisi. Melalui HealthyAnswers.com, Mark Rosenberg mengungkapkan bahwa kekurangan nutrisi seperti antioxidan dan magnesium menyebabkan efek domino yang membuat rambut tak mampu mempertahankan warna aslinya.
"Rambut memutih seringkali membuat orang merasa tua dan kehilangan semangat setiap kali mereka melihat diri mereka di cermin. Banyak dari mereka yang mewarnai rambut agar tetap terlihat lebih muda. Dengan hasil penelitian ini, mereka bisa mengetahui penyebab yang lebih tepat rambut beruban, yaitu kekurangan nutrisi tertentu," jelas Rosenberg.
Menurut Rosenberg, ada jenis makanan dan minuman yang harus dihindari agar seseorang tidak kekurangan magnesium. Kebanyakan adalah makanan dan minuman yang manis dan banyak digemari.
Soda
Minuman bersoda yang dikonsumsi secara rutin per minggu atau bahkan per hari dapat menyebabkan kekurangan magnesium. Rosenberg mengatakan, kandungan fosfor di dalam soda akan mengikat magnesium di dalam tubuh dan membawanya keluar tubuh melalui pembuangan.
Makanan yang memiliki kandungan gula tinggi
Siapa tak suka makan kue? Jenis kue seperti cake, pai, pastry, mayoritas memiliki rasa yang manis dan mengandung banyak gula. Kandungan gula yang tinggi itu, menurut Rosenberg, akan menggiring magnesium keluar dari tubuh melalui ginjal.
Kafein
Seperti halnya soda dan kue manis, minuman yang mengadung kafein seperti kopi dan teh juga bisa menyebabkan seseorang kekurangan magnesium.
Setelah mengetahui penyebab rambut memutih, kini Anda tak perlu lagi khawatir merasa tua. Cukup hindari konsumsi berlebih dari makanan dan minuman di atas dan pilih pola makan yang lebih sehat agar rambut tak cepat beruban.
Rabu, 09 Mei 2012
Mencegah Gumoh / Muntah Pada Bayi
Minggu, 29 April 2012
Efek dari Kebanyakan Tidur

Kebanyakan tidur mengandung risiko kesehatan, sama halnya kurang tidur. Para peneliti yakin, bahwa tidur yang melebihi dari 7-8 jam dapat merusak kesehatan.

Selasa, 17 Januari 2012
Memilih Dot yang Baik untuk Bayi

Ada banyak pilihan dot untuk bayi Anda di pasaran. Namun, Anda harus berhati-hati saat memilih dot untuk sang buah hati. Pasalnya, ada dot yang bisa membahayakan kesehatan bayi Anda.
Menurut dokter ahli kanker anak, dr Edy Tahuteru, SpA(K), dot yang paling sehat adalah dot yang terbuat dari bahan yang bukan karsiogenik. Dot dengan bahan lateks, yang biasanya berwarna kuning, kata dia, jika terkena panas bisa bersifat karsiogenik.
“Jika dikonsumsi oleh anak, lama-lama bisa menumpuk jadi kanker saat dia besar nanti,” ujarnya pada Republika, di Jakarta, Jumat (13/1). Padahal, menurutnya, dot itu pasti selalu kena panas.
Lalu apa solusinya? dr Edy menyarankan Anda untuk memilih dot yang berwarna putih. “Bahannya biasanya dari silikon, yang tak mengurai jika terkena panas,” tuturnya.
Selain dot, plastik yang digunakan untuk minum juga perlu diperhatikan. Plastik yang dijadikan bahan untuk gelas atau alat lain, harus diperhatikan apakah itu aman jika kena panas atau tidak. Misalnya saja plastik untuk kemasan air mineral, itu hanya bisa digunakan sekali pakai saja. “Food grade-nya hanya 1,” ujarnya.
Plastik seperti ini, jika terkena panas, bahan-bahan kimianya akan mengurai, dan akhirnya masuk terkonsumsi oleh kita. “Itu bisa jadi penyebab kanker,” ujarnya.
Gejala kanker karena makanan karsiogenik itu, tak bisa langsung terlihat. Paling tidak jika sejak kecil kita menggunakan bahan yang salah, akibatnya akan menumpuk banyak, dan saat dewasa nanti kanker baru muncul.
Jumat, 21 Oktober 2011
Susu Kurang Baik Untuk Kesehatan
TIDAK ada makhluk di dunia ini yang ketika sudah dewasa masih minum susu –kecuali manusia. Lihatlah sapi, kambing, kerbau, atau apa pun: begitu sudah tidak anak-anak lagi tidak akan minum susu. Mengapa manusia seperti menyalahi perilaku yang alami seperti itu?
”Itu gara-gara pabrik susu yang terus mengiklankan produknya,” ujar Prof Dr Hiromi Shinya, penulis buku yang sangat laris: The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Padahal, katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi. Mana ada anak sapi minum susu manusia, katanya.
Mengapa susu paling jelek untuk manusia? Bahkan, katanya, bisa menjadi penyebab osteoporosis? Jawabnya: karena susu itu benda cair sehingga ketika masuk mulut langsung mengalir ke kerongkongan. Tidak sempat berinteraksi dengan enzim yang diproduksi mulut kita.
Akibat tidak bercampur enzim, tugas usus semakin berat.
Begitu sampai di usus, susu tersebut langsung menggumpal dan sulit sekali dicerna. Untuk bisa mencernanya, tubuh terpaksa mengeluarkan cadangan ”enzim induk” yang seharusnya lebih baik dihemat. Enzim induk itu mestinya untuk pertumbuhan tubuh, termasuk pertumbuhan tulang. Namun, karena enzim induk terlalu banyak dipakai untuk membantu mencerna susu, peminum susu akan lebih mudah terkena osteoporosis.
Profesor Hiromi tentu tidak hanya mencari sensasi. Dia ahli usus terkemuka di dunia. Dialah dokter pertama di dunia yang melakukan operasi polip dan tumor di usus tanpa harus membedah perut. Dia kini sudah berumur 70 tahun. Berarti dia sudah sangat berpengalaman menjalani praktik kedokteran. Dia sudah memeriksa keadaan usus bagian dalam lebih dari 300.000 manusia Amerika dan Jepang. Dia memang orang Amerika kelahiran Jepang yang selama kariernya sebagai dokter terus mondar-mandir di antara dua negara itu.
Setiap memeriksa usus pasiennya, Prof Hiromi sekalian melakukan penelitian. Yakni, untuk mengetahui kaitan wujud dalamnya usus dengan kebiasaan makan dan minum pasiennya. Dia menjadi hafal pasien yang ususnya berantakan pasti yang makan atau minumnya tidak bermutu. Dan, yang dia sebut tidak bermutu itu antara lain susu dan daging.
Dia melihat alangkah mengerikannya bentuk usus orang yang biasa makan makanan/minuman yang ”jelek”: benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini seperti diikat dengan karet gelang. Jelek di situ berarti tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang makanannya sehat/baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.
Karena tugas usus adalah menyerap makanan, tugas itu tidak bisa dia lakukan kalau makanan yang masuk tidak memenuhi syarat si usus. Bukan saja ususnya kecapean, juga sari makanan yang diserap pun tidak banyak. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel tubuh kurang baik, daya tahan tubuh sangat jelek, sel radikal bebas bermunculan, penyakit timbul, dan kulit cepat menua. Bahkan, makanan yang tidak berserat seperti daging, bisa menyisakan kotoran yang menempel di dinding usus: menjadi tinja stagnan yang kemudian membusuk dan menimbulkan penyakit lagi.
Karena itu, Prof Hiromi tidak merekomendasikan daging sebagai makanan. Dia hanya menganjurkan makan daging itu cukup 15 persen dari seluruh makanan yang masuk ke perut.
Dia mengambil contoh yang sangat menarik, meski di bagian ini saya rasa, keilmiahannya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Misalnya, dia minta kita menyadari berapakah jumlah gigi taring kita, yang tugasnya mengoyak-ngoyak makanan seperti daging: hanya 15 persen dari seluruh gigi kita. Itu berarti bahwa alam hanya menyediakan infrastruktur untuk makan daging 15 persen dari seluruh makanan yang kita perlukan.
Dia juga menyebut contoh harimau yang hanya makan daging. Larinya memang kencang, tapi hanya untuk menit-menit awal. Ketika diajak ”lomba lari” oleh mangsanya, harimau akan cepat kehabisan tenaga. Berbeda dengan kuda yang tidak makan daging. Ketahanan larinya lebih hebat.
Di samping pemilihan makanan, Prof Hiromi mempersoalkan cara makan.. Makanan itu, katanya, harus dikunyah minimal 30 kali. Bahkan, untuk makanan yang agak keras harus sampai 70 kali. Bukan saja bisa lebih lembut, yang lebih penting agar di mulut makanan bisa bercampur dengan enzim secara sempurna. Demikian juga kebiasaan minum setelah makan bukanlah kebiasaan yang baik. Minum itu, tulisnya, sebaiknya setengah jam sebelum makan. Agar air sudah sempat diserap usus lebih dulu.
Bagaimana kalau makanannya seret masuk tenggorokan? Nah, ini dia, ketahuan. Berarti mengunyahnya kurang dari 30 kali! Dia juga menganjurkan agar setelah makan sebaiknya jangan tidur sebelum empat atau lima jam kemudian. Tidur itu, tulisnya, harus dalam keadaan perut kosong. Kalau semua teorinya diterapkan, orang bukan saja lebih sehat, tapi juga panjang umur, awet muda, dan tidak akan gembrot.
Yang paling mendasar dari teorinya adalah: setiap tubuh manusia sudah diberi ”modal” oleh alam bernama enzim-induk dalam jumlah tertentu yang tersimpan di dalam ”lumbung enzim-induk”. Enzim-induk ini setiap hari dikeluarkan dari ”lumbung”-nya untuk diubah menjadi berbagai macam enzim sesuai keperluan hari itu. Semakin jelek kualitas makanan yang masuk ke perut, semakin boros menguras lumbung enzim-induk. Mati, menurut dia, adalah habisnya enzim di lumbung masing-masing.
Maka untuk bisa berumur panjang, awet muda, tidak pernah sakit, dan langsing haruslah menghemat enzim-induk itu. Bahkan, kalau bisa ditambah dengan cara selalu makan makanan segar. Ada yang menarik dalam hal makanan segar ini. Semua makanan (mentah maupun yang sudah dimasak) yang sudah lama terkena udara akan mengalami oksidasi. Dia memberi contoh besi yang kalau lama dibiarkan di udara terbuka mengalami karatan. Bahan makanan pun demikian.
Apalagi kalau makanan itu digoreng dengan minyak. Minyaknya sendiri sudah persoalan, apalagi kalau minyak itu sudah teroksidasi. Karena itu, kalau makan makanan yang digoreng saja sudah kurang baik, akan lebih parah kalau makanan itu sudah lama dibiarkan di udara terbuka. Minyak yang oksidasi, katanya, sangat bahaya bagi usus. Maksudnya, mengolah makanan seperti itu memerlukan enzim yang banyak.
Apa saja makanan yang direkomendasikan? Sayur, biji-bijian, dan buah. Jangan terlalu banyak makan makanan yang berprotein. Protein yang melebihi keperluan tubuh ternyata tidak bisa disimpan. Protein itu harus dibuang. Membuangnya pun memerlukan kekuatan yang ujung-ujungnya juga berasal dari lumbung enzim. Untuk apa makan berlebih kalau untuk mengolah makanan itu harus menguras enzim dan untuk membuang kelebihannya juga harus menguras lumbung enzim.
Prof Hiromi sendiri secara konsekuen menjalani prinsip hidup seperti itu dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, umurnya sudah 70 tahun, tapi belum pernah sakit. Penampilannya seperti 15 tahun lebih muda. Tentu sesekali dia juga makan makanan yang di luar itu. Sebab, sesekali saja tidak apa-apa. Menurunnya kualitas usus terjadi karena makanan ”jelek” itu masuk ke dalamnya secara terus-menerus atau terlalu sering.
Terhadap pasiennya, Prof Hiromi juga menerapkan ”pengobatan” seperti itu. Pasien-pasien penyakit usus, termasuk kanker usus, banyak dia selesaikan dengan ”pengobatan” alamiah tersebut. Pasiennya yang sudah gawat dia minta mengikuti cara hidup sehat seperti itu dan hasilnya sangat memuaskan. Dokter, katanya, banyak melihat pasien hanya dari satu sisi di bidang sakitnya itu. Jarang dokter yang mau melihatnya melalui sistem tubuh secara keseluruhan. Dokter jantung hanya fokus ke jantung. Padahal, penyebab pokoknya bisa jadi justru di usus. Demikian juga dokter-dokter spesialis lain. Pendidikan dokter spesialislah yang menghancurkan ilmu kedokteran yang sesungguhnya.
Saya mencoba mengikuti saran buku ini sebulan terakhir ini. Tapi, baru bisa 50 persennya. Entah, persentase itu akan bisa naik atau justru turun lagi sebulan ke depan.
Yang menggembirakan dari buku Prof Hiromi ini adalah: orang itu harus makan makanan yang enak. Dengan makan enak, hatinya senang. Kalau hatinya sudah senang dan pikirannya gembira, terjadilah mekanisme dalam tubuh yang bisa membuat enzim-induk bertambah.
Selasa, 04 Oktober 2011
Escolar : Ikan Setan Yang Berkhasiat Tinggi


Selain daging ikan langka ini memiliki cita rasa yang khas dengan warna putih kekuning-kuningan, hasil penelitianpun menunjukkan bahwa ikan Escolar memiliki kandungan Omega3 yang paling tinggi disbanding ikan-ikan lainnya. Bahkan daging ikan ini juga memiliki kemampuan tinggi untuk melarutkan kolesterol dal tubuh.

Selain itu ada juga penggemar ikan Bagus Y. Prayitno berkomentar dan menceriterakan pengalamannya di Wikimu.com, bahwa ikan Gindara ini juga memiliki khasiat yang sangat baik untuk meningkatkan dengan cepat trombosit pada darah bagi penderita demam berdarah dan juga berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit Typhus dengan cepat.
Melihat kandungan dan khasiat ikan ini maka ikan ini menjadi incaran banyak orang karena sangat baik untuk dikonsumbi oleh anak-anak dalam usia pertumbuhan terutama untuk pertumbuhan otak dan kecerdasannya. Bagi kalangan dewasa yang mengalami gejala kelebihan kolesterol dapat digunakan untuk mengurangi tumpukan jemak jenuh dalam tubuh.
Maka tidak jarang jika di Makassar ikan ini ditawarkan cukup mahal. Selain karena khasiat yang ada juga karena kelangkaan jenis ikan setan ini. Tidak setiap saat dapat ditemukan di pasaran.
Untuk mengolah ikan Iscolar atau Gindara ini menjadi makanan least sehat dan menyehatkan maka sebaiknya ikan ini di olah dengan menghindari cairan atau lemak ikan terbuang. Jadi sebaiknya ikan ini di masak pallumara, atau dimasak kuning. Mungkin alangkah baiknya jangan dibakar atau digoreng.
Beberapa orang yang sudah mencobanya memiliki dampak tersendiri yakni mengalami sakit perut, mulas kemudian buang-buang air yang cukup hebat. Menurut hasil penelitian itu adalah reaksi ketika minyak ikan ini membongkar lemak yang ada dalam perut kita, lalu membuangnya keluar melalui dubur. Jadi disarankan untuk mengkonsumsi ikan ini pada saat hari-hari libur agar aktifitas kita jangan terganggu.
Minggu, 03 Juli 2011
Khasiat Buah Jeruk Bagi Kesehatan











Selasa, 21 Juni 2011
Tekonologi Untuk Melawan Kanker
Mampu mengirim banyak obat dari satu nanopartikel merupakan hal yang sangat penting. Pasalnya, sel kanker bisa menjadi kebal pada obat yang dikirim secara individu.
Peneliti mengatakan, ‘kendaraan obat’ semacam ini bisa hidup dan bersirkulasi dalam tubuh selama waktu yang diinginkan tanpa diserang sistem kekebalan tubuh.
Sel darah merah, hidup dalam tubuh selama 180 hari dan bisa menjadi ‘kendaraan pengirim sirkulasi alami,’ papar kandidat rekayasa bio dan penulis studi ini, Che-Ming Hu.
Ilmuwan telah lama memiliki sistem pengiriman obat yang mampu meniru perilaku alami tubuh agar lebih efektif mengirim obat.
"Metode ini menjadi metode pertama yang memadukan membran sel alami dengan nanopartikel sintetis untuk pengiriman obat," ujar professor rekayasa nano UCSD sekaligus pemimpin studi, Liangfang Zhang.
Nanopartikel ini menjadi platform yang memiliki risiko kecil pada respon sistem kekebalan.