
YOGYAKARTA - Beberapa gunung berapi di Indonesia menunjukkan aktivitas. 19 gunung berapi berstatus waspada, dua gunung berstatus siaga yakni Gunung Ibu di Halmahera dan Gunung Karangeten Sintaro Sulawesi Utara.
Sementara hingga saat ini Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta masih berstatus Awas. Karena itulah Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono berada di Yogyakarta sejak tanggal (21/10) dua pekan lalu. Dalam Prosedur Ketetapan Badan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral penentuan status Awas mutlak ada di pejabat Kepala Pusat Vukkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Begitu gunung dalam status Awas, maka fisik Kepala Pusat Vulkanologi dipastikan berada di lokasi gunung tersebut . Tak mengherankan jika Surono berada di Merapi sejak penentuan status Awas. Status Awas inilah yang menjadi dasar bagi pemerintah daerah melakukan upaya evakuasi berdasarkan surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh Kepala Vulkanologi.
Pertanyaannya, bagaimana jika beberapa gunung api di Indonesia berada dalam status awas pada waktu yang bersamaan, sementara fisik Kepala vulkanologi hanya bisa di satu tempat.
Inilah penjelasan Surono kepada Tempo.
• Kalau beberapa tempat gunung berstatus awas, maka saya akan memilih gunung api yang membuat resiko paling tinggi.
• Penentuan resiko paling tinggi berdasarkan dampak letusan bagi warga.
• Contoh Gunung Papandayan berstatus awas, Gunung Merapi juga Awas, maka saya akan memilih berada di Gunung Merapi. Mengapa? Karena Papandayan tidak mempunyai sifat erupsi yang sangat mematikan seperti Merapi. Karena itu saya akan tetap ke Merapi. Ini resikonya tinggi.
• Untuk memantau kondisi gunung merapi lain yang berstatus awas, maka akan ada seseorang yang menempel dengan saya untuk menandatangai dokumen yang setiap saat diperlukan. Ini karena saya tidak mungkin di beberapa lokas

0 komentar:
Posting Komentar